Cinta
Tak Terbalas
Oleh Abdul Khamid M L
Kukayuh
sepeda tanpa tenaga. Sinar matahari sudah mulai tinggi. Hawa pagi ini sangat
panas. Derum motor di sekelilingku seakan menutupi telingaku. Terlintas di
depanku, seorang wanita yang selalu ada dipikiranku. Dalam hati aku berkata “
ah sedang apa aku ini ”. Terlintas juga di depanku seorang pemuda bernama Andi.
Ia adalah temanku satu kelas. Aku segera memakirkan sepedaku dan bergegas pergi
ke kelas.
“
Andi, tungguin aku.” Teriakku. Pemuda yang kupanggil tadi menoleh.
“
Ayo cepetan, nanti telat. “ Jawabnya.
“
Iya, Andi.”
Kulangkahkan
kakiku ke kelas. Tiba tiba tanda bel masuk berbunyi, aku segera mempersiapkan
buku dan alat tulis. Teman teman begitu senang mengikuti pelajaran hari ini.
Bel
tanda istirahatpun berbunyi, aku diajak Andi ke kantin. Terlintas seorang
wanita yang aku sukai bernama Putri, ia berdiri di depan kelas dekat pintu
masuk. Aku lumayan akrab dengannya.
“
Hai, Put.” Sahutku kepadanya.
“
Hai, mau kemana?” Tanya Putri kepadaku.
“
Kantin, mau ikut.”
“
Nggak ah, terima kasih.”
“
Oke.“
Setelah
selesai makan di kantin aku kembali ke kelas untuk mengikuti mata pelajaran
selanjutnya.
Waktu
sudah pukul 12.30 WIB, bel tanda pulang berbunyi. Aku mengambil sepeda di
parkiran, kukayuh sepeda keluar dari tempat parkir. Dipikiranku penuh dengan
wajah seorang wanita yang aku suka sejak lama. Kuputuskan besok aku harus
menembaknya.
Esok
hari, kukayuh sepeda dengan penuh semangat seperti roket yang menembus lapisan
ozon. Pohon pohon berteriak seakan memberi semangat kepadaku. Sesampai di kelas
aku mengikuti pelajaran seperti biasanya. Tak sabar aku menanti waktu
istirahat.
Bel
tanda waktu istirahat dibunyikan. Aku bergegas menuju kelas Putri. Kulihat ke
dalam kelas Putri, ia ternyata tidak ada di bangku yang biasa di tempati. Aku bertanya
kepada Ani teman satu bangku Putri.
“
Putri dimana An?” Tanyaku.
“
Aku tidak tahu, Putri tidak izin masuk sekolah pagi ini. Emangnya ada apa?”
Tanya Ani dengan penasaran.
“
Tidak ada apa apa. Ya sudah, aku ke kelas dulu!”
“
Oke.”
Aku
kembali ke kelas dengan hati yang penuh dengan rasa kecewa dan rasa penasaran.
Sebenarnya Putri kemana.
Sore
hari itu aku mengikuti ekstrakurikuler futsal bersama dengan Heri teman sekelas
Putri. Selesai mengikuti ekstrakurikuler aku bertanya kepada Heri.
“
Kenapa hari ini Putri tidak berangkat?”
“
Ooo, Putri. Putri pindah pagi ini.”
“
Kenapa ia pindah, apa dia tidak nyaman sekolah di sini?” Tanyaku dengan penuh
rasa penasaran .
“
Sepertinya Putri pindah karena urusan pekerjaan ayahnya yang pindah ke luar
kota!”
“
Kapan Putri pindah Her?”
“
Ia pindah pagi ini. Aku diberi tahu tadi siang, apa kamu tidak diberitahu?”
Tanya Heri kepadaku.
“
Tidak. Oke, terimakasih ya Her....”
“
Sama sama.”
Aku
bergegas menuju rumah Putri. Sampailah di rumah tempat tinggal yang jaraknya
cukup jauh dari sekolah, ternyata pintu rumah Putri di tutup rapat. Kuketuk
pintu rumahnya dengan penuh harapan, semoga orang yang aku cari keluar. Aku
terus mengetuk pintu, ternyata tidak ada seorangpun yang menjawab.
Kulangkahkan
kakiku keluar rumah Putri bersama dengan hati yang penuh dengan rasa kecewa dan
putus asa. Aku mengayuh sepedaku seakan tidak punya tenaga lagi. Aku berfikir
kenapa aku harus sedih padahal masih banyak wanita yang lebih baik lagi dari
pada dia dan jangan pernah mencintai seorang wanita secara berlebihan, belum
tentu wanita yang kita cintai juga mencintai kita juga.